Hikayat

Hikayat (Bahan Ajar Kelas XI)

Hikayat adalah karya sastra lama Melayu berbentuk prosa yang berisi cerita , undang-undang, dan silsilah yang bersifat rekaan, keagamaan, histories, biografis; dibacakan untuk pelipur lara, pembangkit semangat juang, atau untuk meramaikan pesta.(KUBI). Hikayat merupakan salah satu bentuk sastra prosa lama yang berisikan tentang kisah, cerita, dongeng maupun sejarah. Umumnya mengisahkan tentang kehebatan maupun kepahlawanan seseorang lengkap dengan keanehan, kesaktian serta mukjizat tokoh utama. (Wikipedia)

Sebagai salah satu jenis prosa lama, hikayat memiliki ciri-ciri :
a. Anonim, yaitu tidak dikenal nama pengarangnya,
b. Istana centris, yaitu mengisahkan tokoh yang berkaitan dengan kehidupan istana / kerajaan,
c. Bersifat statis, artinya relatif tetap dan tidak banyak perubahan
d. Bersifat komunal, artinya menjadi milik masyarakat
e. Mengunakan bahasa klise, yaitu kata-kata yang diulang-ulang; contoh : Hatta …., Maka …., Alkisah….., dst.
f. Bersifat tradisional, artinya meneruskan tradisi / kebiasaan lama yang dianggap baik
g. Bersifat didaktis, baik didaktis moral maupun didaktis religius,
h. Menceritakan kisah universal manusia, yaitu peperangan antara tokoh baik dan buruk, dan selalu dimenangkan oleh yang baik

Dalam masyarakat Melayu lama, hikayat merupakan cerita pelipur lara, sementara di Minangkabau disebut kaba. Cerita-cerita ini disampaikan oleh tukang cerita pelibur lara dari satu tempat ke tempat lainnya.

Berdasarkan isinya, hikayat dapat diklasifikasikan menjadi :
a. Cerita rakyat, seperti : Hikayat Si Miskin, Hikayat Malin Dewa, Hikayat Indera Bangsawan, Hikayat Hang Tuah, dll.
b. Epos India India, seperti : Hikayat Seri Rama, Hikayat Pandawa Jaya, Hikayat Sang Boma, dll.
c. Cerita dari Jawa, misalnya : Hikayat Panji Semirang
d. Cerita-cerita Islam, misalnya : Hikayat Nabi Bercukur, Hikayat Amir Hamzah, Hikayat Raja Khaibar, dll.
e. Sejarah dan Biografi, misalnya : Hikayat Raja-raja Pasai, Hikayat Abdullah, dll
f. Cerita Berbingkat, misalnya : Hikayat 1001 Malam, Hikayat Kalilah dan Dimnah, Hikayat Bayan Budiman, Hikayat Panca Tantra, Hikayat Bakhtiar, dll.

Struktur kalimat Bahasa Indonesia

Kalimat adalah satuan bahasa terkecil dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan suatu pikiran yang utuh . Dalam suatu kalimat terdiri dari beberapa unsur antara lain subyek,predikat, obyek ,pelengkap dan keterangan.

Kalimat dikatakan sempurna jika minimal memliki unsur Subyek dan Predikat.

1. Ciri-Ciri Subjek

  • Jawaban atas Pertanyaan Apa atau Siapa kepada Predikat.
    Contoh :
    1. Juanda memelihara binatang langka
    Siapa memelihara? Jawab : Juanda. (maka juanda adalah S sedangkan
    memelihara adalah )
    Siapa atau apa Binatang langka ? = tidak ada jawaban

    2. Meja itu dibeli oleh paman.
    Apa dibeli ? = jawab Meja

¨ Biasanya disertai kata itu,ini,dan yang (yang ,ini,dan itu juga sebagai pembatas antara subyek dan predikat)

Contoh : Anak itu mengambil bukuku

S P

2 Ciri-Ciri Predikat

¨ Menimbulkan Pertanyaan apa atau siapa.

Dalam hal ini jika predikat maka dengan pertanyaan tersebut akan ada jawabannya.
Perhatikan pada Subyek diatas. Subyek dan predikat ditentukan secara bersama-sama.

¨ Kata Adalah atau Ialah
Predikat kalimat dapat berupa kata adalah atau ialah. Kalimat dengan Predikat demikian itu terutama digunakan pada kalimat majemuk bertingkat anak kalimat pengganti predikat.

¨ Dapat Disertai Kata-kata Aspek atau Modalitas
Predikat kalimat yang berupa verba atau adjektiva dapat disertai kata-kata aspek seperti telah, sudah, sedang, belum, dan akan. Kata-kata itu terletak di depan verba atau adjektiva. Kalimat yang subjeknya berupa nomina bernyawa dapat juga disertai modalitas, kata-kata yang menyatakan sikap pembicara (subjek), seperti ingin, hendak, dan mau.

3 Ciri-Ciri Objek

Predikat yang berupa verba intransitif (kebanyakan berawalan ber- atau ter-) tidak memerlukan objek, verba transitif yang memerlukan objek kebanyakan berawalan me-. Ciri-ciri objek ini sebagai berikut.

¨ Langsung di Belakang Predikat
Objek hanya memiliki tempat di belakang predikat, tidak pernah mendahului predikat.

¨ Dapat Menjadi Subjek Kalimat Pasif

Objek yang hanya terdapat dalam kalimat aktif dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif. Perubahan dari aktif ke pasif ditandai dengan perubahan unsur objek dalam kalimat aktif menjadi subjek dalam kalimat pasif yang disertai dengan perubahan bentuk verba predikatnya.

¨ Didahului kata Bahwa
Anak kalimat pengganti nomina ditandai oleh kata bahwa dan anak kalimat ini dapat menjadi unsur objek dalam kalimat transitif.

4 Ciri-Ciri Pelengkap

Perbedaannya terletak pada kalimat pasif. Pelengkap tidak menjadi subjek dalam kalimat pasif. Jika terdapat objek dan pelengkap dalam kalimat aktif, objeklah yang menjadi subjek kalimat pasif, bukan pelengkap. Berikut ciri-ciri pelengkap.

¨ Di Belakang Predikat
Ciri ini sama dengan objek. Perbedaannya, objek langsung di belakang predikat, sedangkan pelengkap masih dapat disisipi unsur lain, yaitu objek. Contohnya terdapat pada kalimat berikut.

a) Diah mengirimi saya buku baru.
b) Mereka membelikan ayahnya sepeda baru.
Unsur kalimat buku baru, sepeda baru di atas berfungsi sebagai pelengkap dan tidak mendahului predikat.

  • · Hasil jawaban dari predikat dengan pertanyaan apa.
    Contoh :
    a. Pemuda itu bersenjatakan parang.
    Kata parang adalah pelengkap.
    Bersenjatakan apa ? jawab parang ( maka parang sebagai pelengkap )

b. Budi membaca buku.
Membaca apa ? jawab buku (buku sebagai obyek karena dapat
menempati Subyek)

5 Ciri-Ciri Keterangan

Ciri keterangan adalah dapat dipindah –pindah posisinya . perhatikan contoh berikut:

Cintya sudah membuat tiga kue dengan bahan itu.

S P O K

Dengan bahan itu Cintya sudah membuat tiga kue .
Cintya dengan bahan itu sudah membuat tiga kue.

Dari jabatan SPOK menjadi KSPO dan SKPO .Jika tidak dapat di pindah maka bukan keterangan.

Meresensi buku

Langkah-langkah Meresensi Buku

Berikut ini adalah langkah-langkah praktis yang dapat Anda gunakan untuk membuat resensi sebuah buku.

1. Melakukan penjajakan atau pengenalan buku yang diresensi, meliputi:

  • Tema buku yang diresensi, serta deskripsi buku.
  • Siapa penerbit yang menerbitkan buku itu, kapan dan di mana diterbitkan, tebal (jumlah bab dan halaman), format hingga harga.
  • Siapa pengarangnya: nama, latar belakang pendidikan, reputasi dan presentasi buku  atau karya apa saja yang ditulis sampai alasan mengapa ia menulis buku itu.
  • Penggolongan / bidang kajian buku itu: ekonomi, teknik, politik, pendidikan, psikologi, sosiologi, filsafat, bahasa, sastra, atau lainnya.

2. Membaca buku yang akan diresensi secara menyeluruh, cermat, dan teliti. Peta permasalahan dalam buku itu perlu dipahami dengan tepat dan akurat.

3. Menandai bagian-bagian buku yang memerlukan perhatian khusus dan menentukan bagian-bagian yang akan dikutip sebagai data acuan.

4. Membuat sinopsis atau intisari dari buku yang akan diresensi.

5. Menentukan sikap atau penilaian terhadap hal-hal berikut ini:

  • Organisasi atau kerangka penulisan; bagaimana hubungan antar bagian satu dengan lainnya, bagaimana sistematika, dan dinamikanya.
  • Isi pernyataan; bagaimana bobot idenya, seberapa kuat analisanya, bagaimana kelengkapan penyajian datanya, dan bagaimana kreativitas pemikirannya.
  • Bahasa; bagaimana ejaan yang disempurnakan diterapkan, bagaimana penggunaan kalimat dan ketepatan pilihan kata di dalamnya, terutama untuk buku-buku ilmiah.
  • Aspek teknis; bagaimana tata letak, bagaimana tata wajah, bagaimana kerapian dan kebersihan, dan kualitas cetakannya (apakah ada banyak salah cetak).

Sebelum melakukan penilaian, alangkah baiknya jika terlebih dahulu dibuat semacam garis besar (outline) dari resensi itu. Outline ini akan sangat membantu kita ketika menulis.

6. Mengoreksi dan merevisi hasil resensi dengan menggunakan dasar- dasar dan kriteria-kriteria yang telah kita tentukan sebelumnya.

Bahan dikutip dari sumber:
Judul Buku : Dasar-dasar Meresensi Buku
Penulis : DR. A.M. Slamet Soewandi
Penerbit : PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta Tahun : 1997
Halaman : 6 – 7